Rabu, 24 Oktober 2018

HEWAN ASLI JAWA BARAT


7 FAUNA ENDEMIK DI JAWABARAT



Fauna Endemik Jawa Barat

Indonesia memang merupakan bangsa yang besar dan ini telah diakui oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Tak terkecuali dalam hal keanekaragaman hayati yang melimpah. Indonesia tercatat menduduki peringkat pertama dunia perihal jenis hewan mamalia dengan jumlah mencapai 515 jenis, 125 jenisnya merupakan hewan endemik yakni hewan yang tidak ditemukan di daerah lain. Peringkat kedua diduduki oleh kupu-kupu dengan jumlah mencapai 151 jenis. Sedangkan reptil berada di peringkat ketiga dunia dengan jumlah mencapai lebih dari 600 jenis. Jenis burung menduduki peringkat keempat dengan jumlah mencapai 1519 jenis, 420 jenis di antaranya merupakan hewan endemik. Terakhir, amphibi berada di peringkat ke lima yang meliputi hingga 270 jenis.

Jawa Barat sendiri memiliki beberapa hewan endemik yang tidak ditemui di wilayah lain (beberapa hewan masih bisa ditemui di daerah jawa lainnya), yakni Macan Tutul, Owa Jawa, Surili, Elang Jawa, Burung Cerek Jawa, Kancil Jawa, Kodok Darah, Kukang Jawa, Kucing Bakau, dan Lutung Jawa.


1. Macan Tutul (Panthera pardus)

 Pada tahun 2005, Macan Tutul telah ditetapkan sebagai hewan khas Jawa Barat menggantikan posisi Badak Jawa. Apabila melihat dari sisi historisnya, Macan Tutul ini sejak dulu telah dijadikan ikon kegagahan Kerajaan Padjajaran. Masyarakat Sunda percaya bahwa macan tutul merupakan penjelmaan dari leluhurnya. Macan Tutul Jawa umumnya berukuran paling kecil bila dibandingkan dengan macan tutul lainnya. Namun mereka terkenal dengan sifatnya yang sangat cerdik, tangguh memanjat pohon, dan memiliki pendengaran dan penglihatan yang kuat. Hal inilah yang membuat Jawa Barat menggunakan hewan ini sebagai perlambang kekuatan, kecerdikan, kegagahan, dan keindahan.
Satwa ini termasuk satwa yang dilindungi dan masuk dalam kategori “genting” yakni golongan satwa yang keberadaannya hampir punah dan satu-satunya kucing besar yang tersisa di Pulau Jawa. Daerah populasinya bisa ditemukan di Taman Nasional Gunung Pangrango. Mereka memiliki dua variasi warna, yakni macan tutul yang berwarna terang dan macan yang berwarna gelap (macan kumbang).

2. Owa Jawa

Secara morfologi, Owa Jawa dipenuhi dengan rambut berwarna abu-abu keperakan, tidak memiliki ekor, berpostur tubuh tegak, dan mempunyai tangan panjang yang berguna untuk menunjang pergerakannya di pohon. Panjang tubuh individu jantan dan betina bisa berkisar 570 – 880 mm dengan berat tubuh sekitar 4-8 kg.

Owa Jawa termasuk binatang yang dilindungi sejak tahun 1931. Sekarang populasinya terus menyusut hingga ada sekitar 2.000 – 4.000 ekor saja. Penyusutan habitat ini biasanya akibat ulah manusia yang suka melakukan perburuan. Mulanya keberadaan owa ini tersebar di seluruh penjuru Pulau Jawa, namun karena perubahan kondisi habitatnya kini populasinya hanya bisa ditemukan di Jawa Barat, dan sebagian kecil Jawa Tengah. Owa Jawa umumnya memakan buah, biji, bunga, dan daun muda. Namun tidak menutup kemungkinan mereka juga memakan ulat pohon, rayap, madu, dan beberapa jenis serangga lainnya.



3. Surili (Presbytis comata)

Surili merupakan hewan sejenis primata yang memiliki bagian punggung berwarna hitam atau coklat keabuan, disertai dengan jambul yang berwarna hitam. Namun tubuh bagian depannya dipenuhi dengan warna putih. Sedangkan warna muka dan telingannya berwarna hitam kemerahan. Panjang tubuh bisa mencapai 600 mm dengan berat sekitar 6 kg.

Surili bisa ditemukan di kawasan hujan tropis dan hutan pegunungan. Hewan ini hanya ada di wilayah Jawa Barat dan Banten, tepatnya di kawasan hutan konservasi dan hutan lindung. Surili biasa memakan daun muda atau kuncup daun, namun bisa juga memakan serangga, jamur, dan tanah. Fauna ini lebih senang hidup berkelompok dengan jumlah 7 – 12 individu. Setiap kelompok biasanya terdiri dari satu jantan dengan satu atau lebih betina.



4. Elang Jawa (Nisaetus bartelsi)

Apabila melihat pada lambang negara Indonesia yakni burung Garuda, maka hewan yang dapat merefleksikannya adalah Elang Jawa. Namun keberadaannya kini terancam punah lantaran banyak perburuan liar yang dilakukan oleh manusia. Biasanya hewan ini diperdagangkan di pasar gelap untuk dijadikan hewan piaraan. Sehingga diperkirakan populasinya kini hanya tinggal 600 ekor.

Habitat Elang Jawa biasanya dapat ditemui di wilayah hutan primer dan daerah perbukitan berhutan pada peralihan dataran rendah dengan pegunungan. Di Jawa Barat, Elang Jawa dapat dijumpai di Gunung Pancar, Gunung Salak, Gunung Gede-Pangrango, Gunung Papadayan, Gunung Patuha, dan Gunung Halimun.

Secara morfologi, Elang Jawa memiliki jambul menonjol sebanyak 2-4 helai dengan panjang mencapai 12 cm. Panjang tubuh hewan ini bisa mencapai 60-70 cm, berbulu coklat gelap pada punggung dan sayap. Sedangkan ekornya bergaris-garis hitam. Elang Jawa ini memiliki sorot dan penglihatannya sangat tajam, berparuh kokoh, kepakan sayapnya kuat, berdaya jelajah tinggi, dan bila berdiri sosoknya akan terlihat gagah dan berwibawa.



5. Burung Cerek Jawa (Charadrius javanicus)

Burung yang memiliki warna dominan coklat dan putih ini berukuran sangat mungil yakni hanya sekitar 15 cm saja. Burung ini sudah jarang ditemui dan termasuk dalam fauna yang dilindungi. Uniknya, sarang-sarang yang mereka buat berada di tanah dengan dibentuk cekungan untuk menaruh telur-telurnya. Biasanya mereka hanya bertelur 1-3 telur saja. Habitat Cerek Jawa ini bisa ditemui di daerah sekitar tambak, pantai pasir, padang rumput berpasir dekat pantai, maupun di sungai.





6. Kancil Jawa (Tragulus javanicus)

Kancil merupakan hewan sebangsa rusa dari genus Tragulus yang memiliki tubuh kecil. Biasanya tubuh bagian atasnya berwarna coklat kemerahan, dan tengkuk bagian tengah berwarna lebih gelap dibanding bagian tubih lainnya. Ciri dari kancil jantan yakni tidak memiliki tanduk tetapi dibekalo gigi taring yang memanjang keluar dari mulutnya.

Kanci biasanya hidup di hutan primer dan sekunder yang cukup lebat atau tanah kering di dataran rendah atau kaki bukit yang tidak jauh dari sungai. Umumnya, kancil dapat ditemui di wilayah Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Mereka termasuk dalam kelompok herbivora yang memakan rumput, daun-daunan, kecambah, buah-buahan, ubi, dan lain-lain.



7. Kodok Darah (Leptophryne cruentata)

Secara morfologi, kodok darah atau yang lebih dikenal dengan kodok merah ini memiliki warna kulit hitam yang dipenuhi dengan bintik-bintik berwarna merah darah. Ukurannya kecil dan ramping. Biasanya hidup di daerah dekat air yang mengalir deras di daerah ketinggian antara 1.000 – 2.000 meter dpl. Kodok jenis ini tergolong hewan endemik Indonesia dan hanya bisa dijumpai di Taman Nasional Gede-Pangrango dan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Hewan ini termasuk hewan yang terancam punah, bahkan statusnya ditetapkan menjadi “kritis” dimana diartikan sebagai hewan yang terancam punah tertinggi sebelum status “punah”. Mungkin kedengarannya sepele bila hewan yang dilindungi adalah hanya seekor kodok, namun ternyata keberadaan kodok ini sangatlah berpengaruh terhadap perubahan lingkungan

hallo guyss , kini hadir pisang yang didalamnya terdapat coklat yang lumer saat dii gigit , Ayo pesan sekarang jugaa